Semua tulisan dari jurnaloriente

ORIENTE: Ruang Diskursus bagi Gerakan Keilmuan dari Timur

nyiur

Oleh Denni Pinontoan

ORIENTE ‘menyusup” di tengah massal dan kuatnya kajian mengenai banyak hal tentang Nusantara, yang di dalamnya termasuk wilayah bagian timur kepulauan ini, dengan berbagai pendekatan keilmuan yang dipakai.  ORIENTE “mencoba” hadir mengisi kurangnya kajian bagian timur oleh orang-orangnya sendiri dan dengan kesadaran ketimuran. Di sebut ‘kurang’ karena di tengah maraknya kajian, apapun yang pantas dikaji di bagian timur kepulauan ini, kecenderungan yang tampak di permukaan bahwa wilayah ini selalu adalah objek. ORIENTE mencoba menawarkan sebuah pendekatan (tentu bukan baru), memahami wilayah ini dengan cara pandang dari dirinya.

ORIENTE hadir dengan pendekatan dari kebudayannya: orang-orangnya, warisan pengetahuannya, aspirasinya juga harapannya. Di tengah masih kuatnya pendekatan pengetahuan modern yang mesyaratkan netralitas dan objektifitas dan ia masih diwarisi hingga hari ini, ORIENTE menawarkan sebuah pendekatan keilmuan berbasis paradigma, cara pandang, epistemologi dan metodologi wilayah ini.

Pendekatan ini memang akan berhadapan dengan dominasi keilmuan dalam diskursus umum oleh para intelektual dan lembaga-lembaga kajian formal dan informal pada umumnya. Sebab, di tengah tuntutan objektivitas dan netralitas tersebut, sebagai, apa yang disebut syarat keilmiahan oleh keilmuan modern, justru pendekatan ini menerima dan mengakui subjektifitas. Peneliti, penulis atau siapapun yang mau bersama-sama dengan ORIENTE adalah subjek, yang sama statusnya dengan apa yang dikaji, ditulis atau dikarangnya. Orang-orang yang akan berpartisipasi dalam ‘gerakan keilmuan’ ini adalah pelaku atau bagian integral dari apa yang menjadi isu atau pokok kajian. Sehingga, kajian dari sudut pandang subjek pengkaji dan yang dikaji justru adalah prinsip penting untuk ORIENTE.

Tentunya, ‘subjektifitas’ yang dimaksud tidak sama dengan ‘kebohongan’ atau propaganda kasar atau rumor murahan. Dengan mengakui ‘subjektifitas’ sebenarnya adalah bentuk pengakuan terhadap eksistensi manusia yang hidup dan bergerak bersama dengan kebudayannya. Sekaligus ini adalah juga usaha mengakui  “hak” dan “eksistensi” berpengetahuan dari manusia-manusia yang datang dari beragam kebudayaan.  Lebih dari pada itu, ini sebenarnya adalah ‘gerakan keilmuan’ untuk sebuah ‘perubahan’ di wilayah timur ini.

Terdengar agak mengada-ada ketika saya menyebut gerakan keilmuan ini untuk ‘perubahan,’ mengingat kalimat ungkapan “berbuat untuk perubahan” sudah terlanjur dipakai dan dimengerti sekadar basa-basi politik atau sekadar untuk mengklaim diri berpihak pada banyak orang. Namun sesungguhnya kata ‘untuk perubahan’ dalam konteks ORIENTE adalah sebuah penegasan tentang komitmen diri untuk berubah, selanjutnya diusahakan semampu mungkin, ORIENTE dapat memberi sumbangan bagi siapa saja orang-orang di wilayah ini yang sedang mengusahakan perubahan bagi dirinya dan komunitasnya. Artinya, dengan penuh kesadaran, ORIENTE sebagai media diskursus tentu tidak dapat secara langsung ‘memberikan’ (seperti pemerintah membuatkan jalan bagi masyarakatnya dan mengatakan itu adalah hadiah dari mereka agar masyarakat dapat segera sejahtera) perubahan itu. Perubahan itu ada pada kemauan setiap orang dan komunitasnya untuk bergerak melakukan sesuatu demi harapan dan aspirasi mereka.

Terutama dari semua itu adalah tawaran untuk ‘perubahan’ cara pandang terhadap diri sendiri. ORIENTE dihadirkan sebagai ruang diskursus, ruang berproses secara dialektis di ranah intelektual. Ruang ini adalah ruangan bersama. Tidak ada satu ideologi atau pendekatan keilmuan yang harus ditunggalkan di sini. Apapun bisa berproses di sini. Terpenting, apapun itu bicara tentang wilayah timur dalam segala dinamikanya. ORIENTE adalah ruang diskursus, ruang menghadirkan pemikiran, perspektif dan juga ruang atau media untuk menyampaikan tentang segala yang ada di wilayah ini.

Tidak ada boleh ada yang tunggal di sini. Wilayah timur Nusantara adalah majemuk. Tidak ada kebudayaan tunggal di wilayah ini. Makanya, ORIENTE adalah sebuah gerakan keilmuan yang berjejaring. Orang Minahasa menulis tentang Minahasa, orang Bugis menulis tentang Bugis, Orang Toraja menulis tentang Toraja, Orang Papua menulis tentang Papua, Orang Nusa Utara menulis tentang Nusa Utara, Orang Timor menulis tentang Timor, Orang Maluku menulis tentang Maluku, Orang Halmahera menulis tentang Halmahera dan seterusnya. Tentu maksud dengan prinsip ini tidak dalam rangka membatasi ruang gerak jelajah intelektual masing-masing orang. Namun, ini sebenarnya bagian dari kesadaran, bahwa sebagai gerakan, ilmu itu haruslah lahir dari refleksi nalar yang mendalam dengan ruang hidup, yang dengannya pertama-tama yang digerakkannya adalah si subjek yang melakukan kajian tersebut.  Sehingga, pengetahuan yang dihasilkan haruslah terintegrasi dengan kesadaran kultural, politik, ekonomi, keagamaan dan apa saja dengan subjek yang dikaji. Jadinya, pengetahuan itu adalah hasil dialog antara subjek dengan subjek.

ORIENTE mencoba dengan media terkini, internet. Hadir secara online dengan harapan bisa menjangkau lebih luas. Namun, internet juga terbatas. Ia tidak atau belum menjangkau banyak orang di wilayah ini. Makanya, ORIENTE sengaja diperuntukkan untuk kalangan intelektual, siapapun mereka yang sementara hidup dan menjadi bagian di wilayah ini.  Kalangan intelektual itu bagi kami tidak terbatas menunjuk pada orang-orang dengan basis akademik formal, tapi juga bagi siapapun mereka yang sedang mencurahkan perhatian intelektualnya untuk wilayah ini. Dengan begitu, orang-orang yang akan (mau) bersama-sama dengan ORIENTE diharapkan aktif di ranah ini.

Semoga ORIENTE akan memberi inspirasi bagi kebudayaan di wilayah ini untuk terus bergerak.